Republikmata.co.id, Sepanjang musim 2024/2025 ini, Tottenham Hotspur telah tiga kali bertemu Manchester United. Dua pertandingan di Liga Premier dan satu laga lainnya di Piala EFL (Piala Liga Inggris). Tiga pertandingan tersebut semuanya dimenangi Tottenham. ”Si Lili Putih” berhasil menang pada Liga Premier (3-0 tandang, 1-0 kandang) dan sekali menang di Piala EFL dengan skor 4-3 pada laga kandang.
Selain berhasil mengalahkan ”Setan Merah” di semua laga musim ini, Tottenham juga berhasil menyerangkan delapan gol ke gawang Manchester United (MU), sedangkan MU hanya berhasil mencetak tiga gol ke gawang Tottenham. Statistik lain menunjukkan Tottenham juga unggul dalam hal penguasaan bola (54 persen) dibandingkan MU (46 persen). Spurs juga lebih banyak membuat tembakan ke gawang (23 tembakan) dibandingkan MU (13 tembakan)
Performa Tottenham yang lebih unggul atas MU pada musim 2024/2025 ini membuat catatan statistik yang dibuat superkomputer Opta pada 20 Mei 2025 cenderung sedikit mengunggulkan Tottenham. Peluang Tottenham memenangi laga final Liga Europa 2025 menurut Opta mencapai 50,3 persen, unggul tipis atas peluang MU (49,7 persen).
Prediksi ini dilakukan Opta berdasarkan simulasi pertandingan yang telah dijalani, termasuk rekam jejak laga kedua kesebelasan, ditambah performa tim dan performa para pemainnya. Meski demikian, peluang kemenangan Tottenham ini hanya terpaut 0,6 persen dari MU. Situasi ini menggambarkan prediksi superkomputer yang cukup berimbang di antara kedua tim. Performa musim terbaru yang dijalani Spurs dengan tiga kali mengalahkan MU belum membuat peluangnya cukup aman untuk memenangi Liga Europa 2025.
Melihat rekam jejak pertandingan secara keseluruhan, MU juga memiliki kans untuk mengalahkan Tottenham. Kedua tim bertemu sejak tahun 1899. Hingga 25 Februari 2025, MU dan Tottenham sudah menjalani 204 pertandingan di berbagai kompetisi. Tercatat MU menang 96 kali, sedangkan Tottenham menang 57 kali. Sebanyak 51 pertandingan lain berakhir imbang.
Secara khusus, pada Liga Europa 2024/2025, Manchester United juga sedikit lebih unggul atas Tottenham. MU mampu mencatatkan rekor tak pernah terkalahkan dalam 14 kali pertandingan Liga Europa 2024/2025. Sebanyak 9 kemenangan dan 5 kali hasil seri berhasil dibukukan MU. Performa ini sedikit lebih baik dibandingkan Tottenham. Tottenham mencatatkan 9 kali kemenangan, 3 kali imbang, dan 2 kali kalah sepanjang pertandingan pada Liga Europa 2024/2025.
”Head to head” MU vs Tottenham
Jika mengacu pada statistik dalam 14 kali pertandingan di Liga Europa, MU memiliki catatan yang lebih baik. Hingga menembus partai final, ”Setan Merah” belum pernah sekali pun menderita kekalahan. Bahkan, MU berhasil mengandaskan Olympique Lyon, tim yang kerap menjadi pengubur mimpi-mimpi klub besar di Eropa.
Sementara Tottenham mencatatkan dua kali kekalahan, yakni saat berhadapan dengan Galatasaray (2-3) dan AZ Alkmaar dalam babak 16 besar (0-1). Meski menelan kekalahan, Tottenham mampu mencatatkan konsistensi permainan hingga menembus babak final.
Dari data statistik permainan yang dihimpun UEFA, MU tampak bermain lebih agresif dibandingkan dengan Tottenham. Sepanjang pertandingan Liga Europa, MU berhasil melepaskan 246 tendangan ke gawang, sementara Tottenham hanya 186 tendangan. Data ini menunjukkan bahwa MU bermain menekan dan menggunakan strategi mendominasi penguasaan bola saat berlaga di Liga Europa 2025.
Dominasi penguasaan bola ini terlihat dari statistik penguasaan bola sepanjang 14 pertandingan. Secara rata-rata, MU menguasai 56,5 persen permainan. Penguasaan bola ini sedikit lebih unggul daripada Tottenham yang sebesar 52,36 persen. Statistik penguasaan bola ini menunjukkan bahwa kedua tim sama-sama bermain menekan dibandingkan hanya mengandalkan efektivitas serangan.
Dari sisi produktivitas, Manchester United juga mencatatkan hasil yang lebih baik. Dari 14 kali pertandingan, MU membukukan 35 gol atau rata-rata 2,5 gol per pertandingan. Catatan ini jauh lebih baik dibandingkan capaian MU di liga Inggris dengan rata-rata 1,14 gol per pertandingan.
Sementara Tottenham berhasil melesakkan 27 gol atau 1,93 gol per pertandingan. Catatan ini juga lebih baik dibandingkan capaian Tottenham di Liga Inggris sebesar 1,7 gol per pertandingan. Data ini membuktikan bahwa kedua tim sama-sama memainkan permainan menyerang dalam mengarungi Liga Europa musim ini. Dengan catatan ini, pertandingan final tentu akan sangat menarik, dengan pola menyerang yang diterapkan kedua tim.
Sementara itu, dari sisi efektivitas, MU sedikit lebih unggul dibandingkan dengan Tottenham. Dari 87 kali tembangan yang tepat sasaran ke gawang, sebanyak 40 persen mampu dikonversi oleh para pemain MU menjadi gol. Sementara Tottenham, dari 74 kali tembakan tepat sasaran di Liga Europa, sebanyak 36 persen menjadi gol. Catatan ini juga mengindikasikan bahwa kedua tim bermain efektif dan agresif sepanjang pertandingan di Liga Europa.
Pada sisi pertahanan, Tottenham mencatatkan statistik yang lebih baik daripada MU. Tottenham hanya kebobolan 13 kali dari 14 laga, sementara MU kebobolan 18 kali. Pada liga domestik, pertahanan kedua tim pada musim ini memang menjadi sorotan mengingat banyaknya gol yang dilesakkan tim lawan.
Berapa besar peluang kemenangan Tottenham vs MU?
Gelar Liga Europa musim ini merupakan harapan terakhir baik bagi MU maupun Tottenham untuk mendulang prestasi di tengah buruknya capaian pada Liga Premier. Di Liga Inggris, MU dan Spurs harus bersaing di papan bawah dan berjuang untuk tidak masuk zona degradasi.
Manchester United, misalnya, pada liga domestik hingga pekan ke-37 hanya bertengger di peringkat ke-16 dari 20 tim dengan 10 kali menang, 9 seri, dan 18 kali kalah. MU hanya membukukan 42 gol, hampir separuh dari total gol yang dicapai saat MU berada di papan atas klasemen pada musim 2020/2021.
Catatan yang tak kalah buruk juga ditorehkan Tottenham. Pada Liga Inggris musim ini, Tottenham berada di peringkat ke-17, satu tingkat di atas zona degradasi. Tottenham hanya membukukan 11 kemenangan, 5 seri, dan 21 kalah.
Dalam satu dekade terakhir, capaian ini merupakan prestasi terburuk dari kedua tim dalam liga domestik. Khususnya Tottenham, sebelumnya tidak pernah berada di luar peringkat 10 besar dalam 10 tahun terakhir. Peringkat ke-16 juga menjadi catatan terburuk bagi MU dalam satu dekade terakhir. Tak heran jika pertandingan final ini memiliki gengsi tersendiri bagi kedua tim.
Meski demikian, kedua tim sama-sama berada dalam kondisi pincang karena sejumlah pilar terpaksa absen akibat cedera. Di kubu MU, misalnya, Pelatih Ruben Amorim harus kehilangan pemain andalan Lisandro Martinez sejak awal tahun ini karena cedera. Sementara di kubu Tottenham, Pelatih Ange Postecoglou harus memutar otak setelah kehilangan motor serangan Dejan Kulusevski karena alasan yang sama.
Dalam lintasan sejarah Piala Eropa, kedua tim pernah bertemu pada babak 16 besar Piala Winners musim 1963/1964. Pada laga pertama saat itu, Tottenham menang 2-0. Namun, pada laga kedua, MU menang dengan skor 4-1. MU lolos ke babak perempat final dengan agregat 4-3.
Bagi MU, laga final Liga Europa 2025 menjadi partai final kesembilan di kompetisi Eropa. Namun, MU memiliki catatan buruk dalam empat final terakhirnya. Tiga dari empat laga final gagal dimenangi MU.
MU kalah dari Barcelona pada final Liga Champions 2008/2009 dan Liga Champions 2010/2011. MU juga kalah dari Villarreal pada final Liga Europa 2020/2021. Kemenangan terakhir MU di kancah Eropa diperolah saat mengalahkan Ajax Amsterdam pada final Liga Europa 2016/2017.
Performa buruk MU menghadapi Tottenham dapat menjadi batu sandungan bagi MU untuk meraih gelar keduanya di Liga Europa. Pada enam pertandingan terakhir sejak 27 April 2023, MU tidak pernah menang melawan Tottenham. Dua pertandingan berakhir seri dan empat pertandingan berakhir dengan kekalahan. Tottenham juga bakal diperkuat pemain andalan Dominic Solanke. Sebagai penyerang, Solanke telah mencetak lima gol ke gawang MU sejak musim 2023/2024.
Berdasarkan 10.000 simulasi prapertandingan kedua tim, Opta memperkirakan kans Tottenham memenangi pertandingan dalam waktu 90 menit mencapai 37,5 persen, sedangkan peluang MU hanya 35,2 persen. Sisanya, sebanyak 27,3 persen, hasil simulasi memperlihatkan pertandingan kedua tim berjalan imbang dan berlanjut ke babak perpanjangan waktu. Jika berhasil mengalahkan MU, ini menjadi gelar ketiga Tottenham di Liga Europa setelah tahun 1972 dan 1984.(***)