Scroll untuk baca artikel
Example 600x300
Riau

Gubri Wahid Lestarikan Mangrove di Inhil Demi menjaga Pasisir Riau

23
×

Gubri Wahid Lestarikan Mangrove di Inhil Demi menjaga Pasisir Riau

Sebarkan artikel ini

Republikmata.co.id, Inhil – Gubernur Riau (Gubri) Abdul Wahid melakukan penanaman mangrove di Desa Belaras Barat, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir, dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia 2025, Sabtu (26/7). Kegiatan itu berlangsung di wilayah pesisir yang menjadi salah satu garda terdepan dalam menjaga kedaulatan ekologis sekaligus sumber penghidupan masyarakat tempatan.

Dalam kunjungan tersebut, Gubernur menyampaikan kehadirannya di Desa Belaras adalah bentuk syukur sekaligus penghormatan terhadap masyarakat pesisir yang selama ini menjadi penjaga alam dan negeri. Ia menyatakan rehabilitasi mangrove tidak semata kegiatan teknis, tetapi langkah strategis jangka panjang yang menyentuh isu lingkungan, ekonomi, dan keberlanjutan antargenerasi.

Example 600x300

Gubri Abdul Wahid juga menegaskan di masa kepemimpinannya, komitmen Pemerintah Provinsi Riau dalam menjaga wilayah pesisir tidak akan goyah. Menurutnya, penanaman mangrove bukan sekadar penanggulangan abrasi, melainkan bagian penting dari upaya mempertahankan batas teritorial negara.

BACA JUGA:  Tanggap Darurat Karhutla, Rohil dan Rohul Darurat Lebih Dulu

“Hal ini menjadi mendesak mengingat sebagian pesisir Riau telah mengalami abrasi dan kehilangan daratan akibat deforestasi, ” ujarnya.

Sejak diluncurkan, program rehabilitasi mangrove di Riau menunjukkan capaian positif. Pada tahun 2024, seluas 1.683 hektare hutan mangrove telah direhabilitasi dengan melibatkan 56 kelompok masyarakat.

Lebih dari 1.100 tenaga kerja lokal diberdayakan dan lebih dari 5,3 juta batang mangrove berhasil ditanam. Program ini juga menginspirasi lahirnya sekolah lapang, pelatihan teknis, serta kurikulum tematik mangrove dalam Merdeka Belajar di tingkat dasar dan menengah.

Pemerintah Provinsi Riau, katanya, akan memperluas cakupan program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) ke lima kabupaten pada tahun 2025, yaitu Indragiri Hilir, Pelalawan, Kepulauan Meranti, Bengkalis, dan Rokan Hilir. Luasan target rehabilitasi mencapai lebih dari 4.200 hektare.

BACA JUGA:  Puisi, Kebijakan, dan Hukum Bersatu: Malam ini Angkat Isu Lingkungan

“Pemerintah menekankan pentingnya keterlibatan aktif masyarakat, guru, siswa, hingga kelompok lokal dalam proses ini agar konservasi tidak sekadar proyek, melainkan bagian dari gerakan sosial, ” ucapnya.

Manfaat program ini mulai terasa secara nyata. Abrasi di sejumlah kebun kelapa mulai berkurang, tambak kerang dan udang tidak lagi rusak akibat intrusi air laut, dan berbagai produk olahan berbasis mangrove seperti sirup, dodol, dan madu mulai dikembangkan oleh pelaku UMKM pesisir.

“Hasil ini sebagai bukti bahwa lingkungan yang terjaga akan membawa berkah ekonomi,” katanya.

Lebih jauh, ia mengajak masyarakat untuk melibatkan anak-anak dalam aksi penanaman agar tumbuh kesadaran lintas generasi. Ia percaya bahwa menanam mangrove memang bisa dilakukan dalam satu hari, tetapi dampaknya baru akan terasa bertahun-tahun. Kemudian, dengan syarat adanya kesabaran dan pendampingan. Ia pun mengingatkan bahwa bagi masyarakat Melayu, menjaga alam adalah bagian dari menjaga marwah dan jati diri.

BACA JUGA:  Dugaan marak oknum LSM Nakal, Bapema-Riau Lakukan Aksi Damai di Polda Riau

Abdul Wahid menutup kegiatan dengan menegaskan bahwa melalui program Green for Riau, arah pembangunan daerah akan menggabungkan perlindungan lingkungan, kesejahteraan rakyat, dan pelestarian budaya. Gubri  menyebut bahwa yang ditanam hari ini bukan hanya mangrove, melainkan pondasi ketahanan ekosistem dan ekonomi pesisir untuk masa depan yang berkelanjutan.(***)

Example 600x300
error: Content is protected !!